Minggu, 01 Januari 2012

A..=A??

aku belum mahir untuk menulis meskipun sudah 16 tahun aku mengenal huruf-huruf dan bisa meng'copy'nya dengan bentuk yang hampir mirip di lembaran kosong bergaris yang selalu dibelikan oleh ibuku setiap awal tahun ajaran baru. aku hanya tinggal mengamati orang menulis dan aku menirunya di buku tulisku. aku senang bisa menirunya karena aku merasa aku mampu seperti mereka. tapi tetap saja aku masih hanya meniru. kagum melihat tulisan orang lain, namun masih carut marut ketika harus menulis sendiri. aku tak pernah percaya diri ketika harus menuliskan yang berbeda dengan orang lain. selalu banyak berfikir apa akibat dari jika aku menulis ini atau itu atau inu. sedangkan semakin lama aku merasa aku harus bisa menulis yang berbeda dari mereka. entah dari bentuk tulisanku, entah dari isi, atau entahdari hiasannya.

menulis bukan hanya sekedar menata dan mengotak-atik kata yang sudah tertera di kamus. namun menulis adalah sebuah seni untuk mengungkapkan dari hal yang maya, abstrak, mengawang, dan tidak jelas, menjadi jelas dan nyata sehingga dapat dimengerti setidaknya 90% sama dengan apa fikiran yang kita tuangkan dalam tulisan. terkadang aku tidak setuju dengan ungkapan 'jika tulisan sudah dilempar kepublik, terserah mereka ingin memaknainya seperti apa'. ya, itu mungkin benar, tapi tidak mutlak. menurutku, tulisan itu juga menyampaikan hasil dari kita berfikir karena kita juga ingin dimengerti sesuai dengan koridor pemikiran kita. nah, perkara respon yang ditunjukkan, itu boleh dari kacamata pandang dari sudut manapun, akan tetapi apa yang kita tuliskan tetap tersampaikan sehingga respon dari mereka tetap bertolak dari koridor pandang kita sehingga sampai akhir nantipun pokok permasalahan tetap nyata. andai saja si perespon menangkap maksud yang kita sampaikan agak melenceng dari koridor kita, maka respon diapun otomatis akan melenceng, apa lagi jika kita kembali merespon dengan mengikuti respon dari lawan kita, mungkin bisa dikatakan secara 'lembut' interaksi pemikiran itu sudah menjauh dari pokok pemikiran awal.
ini bukan berarti membatasi sudut pandang dan persepsi, namun lebih ke untuk mengerti yang benar-benar mengerti.
misalnya saja kita menulis   huruf A dengan seperti ini:  A..
[..] yang kita tuliskan sebenarnya hanya variasi kebiasaan kita. bagi yang sudah mengerti terhadap pribadi kita, hal tersebut tidak masalah. [..] bisa otomatis dihilangkan. namun bagi orang yang baru tahu pertama kali tentang kita, kebiasaan kita, dan (anggap saja) mereka belum tahu huruf [A] itu seperti apa. otomatis mereka akan menuliskan huruf A itu sebagai [A..] dan jika [A] itu adalah permasalahan, maka perespon yang tahunya [A] itu adalah [A..] akan memberi tanggapan terhadap [A..] dan bukan [A]. misalnya saja perespon ini mengatakan huruf [A..] itu alay, karena (anggap ia sudah mengenal huruf B,C,D,dst) huruf B dan C, dst hanya ditulis [B,C] tanpa [..]. sedangkan kita tetap dalam pemikiran [A] itu sederhana saja.
lalu kita akan mendapat tanggapan yang lebih rumit dari persoalan yang sederhana. menurut saya, bisa dimungkinkan kita akan mendapat tanggapan yang rumit perkara [A] kita yang sederhana itu. juga mungkin [A] kita tersebut bisa berlanjut menjadi [A??], [A!!], atau [A::]

-ini hanya sedikit corat-coret saja dikala pagi yang pertama di 2012 :D-
-B-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar